Parsadaan
Marga Harahap dengan Anak Borunya
Daerah
Jakarta dan Sekitarnya
Alamat:
Jalan Batu Pancawarna I/2A Pulomas , Kelurahan Kayu Putih,
Jakarta. 13210. Telepon: (021) –
472-2243.
-----------------------------------------------------------------------
Tua ni na Mangholongi, ni Haholongi
(Untung si Penyayang, di Sayangi)
Baginda Parbalohan
Surat
Pengantar
Prihal:
1. Tarombo Harahap Hanopan
2. Situs: blogspot.com
Jakarta, ……… 2010.
Kepada
Seluruh Kahanggi/Anakboru/Pisangraut,
dimanapun berada.
Horas!
Bersama surat ini kami sampaikan Tarombo Marga Harahap keturunan Tongku
Mangaraja Hanopan yang kahanggi dapat miliki dengan men-download.
Kami dari parsadaan sangat mengharapkan datangnya tanggapan kahanggi
terhadap silsilah keluarga marga Harahap keturunan Ompu Parsadaan ini, terutama
tentang yang berikut:
- benarnya penulisan nama, gelar, dan alamat;
- tepatnya susunan dan jumlah anggota keluarga yang tersurat;
- sesuainya keterangan tanggal, bulan, tahun, dan tempat lahir. Dan
kepada mereka yang
belum lagi tercantum, diharapkan dapat segera menyampaikannya kepada
kami;
- keteragan: pendidikan, pekerjaan, pengalaman, dan lain sebagainya.
Sudilah kiranya kahanggi mengirimkan tanggapan ke alamat yang disebutkan
diatas, sehingga kedepan tarombo ini dapat dibuat lengkap, dan lebih
bermanfaat, tidak semata untuk mengakrab-kan persaudaraan diantara keturunan
sebagaimana yang diteladankan para pendahulu di kam-pung dahulu, juga baik
untuk disampaikan kepada generasi penerus yang datang kemudian.
Akhirulkalam, terimakasih kami ucapkan atas perhatian yang kahanggi
berikan.
Horas
kepada kahanggi, dan kirim salam kami kepada seluruh keluarga dirumah.
Wassalam.
H.M.Rusli
Harahap
Ketua Parsadaan
Marga Harahap Dari Hanopan
Tarombo Marga Harahap dari Hanopan ini
terdiri dari dua bagian:
A. Pertama.
19 generasi
pertama penyusun dapatkan dari peninggalan orang tua yang diwariskan
oleh Ompu
Ni Amir, atau Abdul Hamid Harahap, gelar Sutan Hanopan, yang juga dikenal
dengan nama
Tuan Datu Singar.
B. Kedua.
5 generasi
keturunan Tongku Mangaraja Hanopan berikutnya adalah yang berhasil dihim-
pun penyusun
dari Bona Bulu hingga perantauan sebagaimana yang diwasiatkan leluhur
untuk terus mengumpulkan
nama-nama pomparan (keturunan)-nya.
A. Bagian Pertama
Kekerabatan
Marga Harahap dari Bona Bulu, Generasi
I hingga XIX
TAROMBO MARGA HARAHAP
DI TAPANULI
------------------------------------------------
Generasi Pertama
* Ompu Raja Guru Sodungdangon di Nagasaribu
Generasi Kedua
Keturunan Ompu Raja Guru Sodungdangon:
* 1. Datu Dalu dengan istri boru Pasaribu
2. Sahang Maima dengan istri boru Lubis
Generasi Ketiga
Keturunan Datu Dalu dari boru Pasaribu:
1. Datu Tala Harahap
* 2. Siaji Malim Harahap di Sibatang Kayu
3. Sarumbosi pergi ke Muara istrinya boru Pasaribu
Generasi Keempat
Keturunan Siaji Malim di Sibatang Kayu:
* 1. Datu Dalu Ni Bagana di Naga Marsuncang
2. Tuan Datu Singar
Generasi Kelima
Keturunan Datu Dalu Ni Bagana di Naga Marsuncang:
* 1. Ompu Sodogoron
Generasi Keenam
Keturunan Ompu Sodogoron:
1. Raja Imbang Desa
di Pijorkoling, dekat Padang Sidempuan.
2. Tunggal Huajan
di Pargarutan, dekat Padang Sidempuan.
3. Ompu Sarudak di
Huta Imbaru, dekat Padang Sidempuan.
4. Bangun Di Batari
di Losung Batu, dekat Padang Sidempuan.
* 5. Bangun Di Babuat
di Hanopan Angkola
6. Hasuhutan
Maujalo di Sidangkal Angkola
Generasi Ketujuh
Keturunan Bangun Di
Babuat dari Hanopan Angkola:
* 1. Naga Marjurang
Generasi Kedelapan
Keturunan Naga Marjurang
di Hanopan Angkola:
* 1. Ja Gumanti
Porang di Hanopan Angkola
2.
Jantan di Sialang Padang Bolak
Generasi Kesembilan
Keturunan Ja Gumanti
Porang dari Hanopan Angkola:
1. Tuan Raja di Sunge Janjilobi
* 2. Tulan Ni Gaja di Hanopan Angkola
3. Suhutan Harahap di Batu Gondit
Generasi Kesepuluh
Keturunan Tulan Ni Gaja
dari Hanopan Angkola:
* 1. Ompu Pangaduan
2. Barunggam
Generasi Kesebelas
Keturunan Ompu Pangaduan
dari Hanopan Angkola:
* 1. Manuk Na Birong
Generasi Keduabelas
Keturunan Manuk Na Birong
dari Hanopan Angkola:
1. Ompu Sumurung
* 2. Nabonggal Muap
Generasi Ketigabelas
Keturunan Ompu Sumurung
dari Hanopan Angkola:
1. Ja Pangaduan
Keturunan Nabonggal Muap
dari Hanopan Angkola:
* 1. Namora Pusuk Ni Hayu
Generasi Keempatbelas
Keturunan Ja Pangaduan:
1. Ja Sumurung
Keturunan Namora Pusuk Ni
Hayu di Bintuju, Padang Bolak:
1. Sutan Humala Namorai di Sialang
2. Jabosi di Sialang
* 3. Parnanggar di Sialang
Generasi Kelimabelas
Keturunan Sutan Humala Namorai dari Sialang:
1. Mangaraja Ihutan
Keturunan Parnanggar
dari Sialang:
* 1. Jasohataon
Generasi Keenambelas
Keturunan Ja Sohataon
dari Simapang di Padang Bolak:
1. Ja Mandais, pindah ke Saba Tarutung
2. Ja
Manis, pindah ke Saba Tarutung
3. Ja Bintuju, pindah ke Bunga Bondar
* 4. Toga Ni Aji, pindah ke Hanopan Sidangkal
Generasi Ketujuhbelas
Keturunan Ja Mandais dari
Saba Tarutung
1. Ja
Pinontar
2. Ja Riar
3. Ja Malera
4. Ja Somendut
Keturunan Ja Manis dari
Sabatarutung:
1. Ja Manuga
Keturunan Ja Bintuju dari Bunga Bondar:
1. Ja Ilani di Bunga Bondar
2. Ja Belengan
3. Baceker
Keturunan Toga Ni Aji dari Hanopan
Sidangkal:
* 1. Demar Harahap, gelar Ja Manogihon
Generasi Kedelapanbelas
Keturunan
Ja Pinontar:
1. Ja Mandosing
Keturunan Ja Malera:
1. Ja Lilian
2. Ja Parsuntuhon
3. Ja Maripul
Keturunan
Ja Somendut:
1. Ja Bangso
2. Ja Napesong
Keturunan Ja Manoega:
1. Ja
Mengget
Keturunan Ja Ilani dari
Bunga Bondar:
1. Ja Pantis
Keturunan Ja Belengan:
1. Ja Palak
Keturunan Baceker dari Bunga Bondar:
1. Ja Sohataon
Keturunan Demar Harahap, gelar Ja Manogihon, dengan istri boru Pohan dari
Parau
Sorat:
1. Si Neser (pr)
2. Si Singkam (pr)
3. Si Tona (pr)
4. Si
Nettes (pr)
* 5. Ja Alaan
Generasi Kesembilanbelas
Keturunan Ja Mandasin:
1. Anggoto
Keturunan Ja Hapesong:
1. Ja Pikiran
Keturunan Ja Mengget:
1. Si Toga
Keturunan Ja Pantis:
1. Ja Tulis
2. Samsudin
3. Ja Ilani
4. Dulia
5. Pincang
Keturunan Dja Palak:
1. Justinus
2. Soripada
3. Teopilus
4. Baginda Panusunan
Keturunan Ja Sohataon:
1. Baginda Herman
2. Yakin
Keturunan, Demar
Harahap, gelar Ja Manogihon, beserta cucu-cucunya:
1. Si Neser Harahap menikah dengan …,
marga…..dari Batu Horpak, keturunannya:
Ja Imbang,
gelar Baginda Ginduang.
2. Si Singkam Harahap menikah dengan..….., marga Siregar dari Bunga
Bondar, keturu- nannya: Syekh Muhammad
Kotip, gelar Baginda Maulana.
3. Si Tona Harahap menikah
dengan..……, marga Siregar dari Bunga Bondar, keturunan-nya: Mangaraja Bunga
Bondar.
4. Si Nettes Harahap menikah dengan
……., marga Siregar dari Bunga Bondar, keturunan-nya: Sutan Malayu, gelar
Baginda Lului.
5. Ja Alaan, gelar Tongku Mangaraja Hanopan, dengan istri-istrinya: Bolat,
boru Regar dari Bunga Bondar, dan Naipak, boru Pohan dari Parau Sorat, keturunannya:
1. Erjep (pr)
1H 2. Sengel, gelar Baginda Parbalohan, Tuan
Syekh Muhammad
Yunus.
2H 3. Sogi,
gelar Baginda Soripada
1BB 4. Heber, gelar Baginda Maujalo
3H 5. Lilin (Ja Sutor), gelar Baginda Malim
Muhammad Arif
2BB 6. Nanga (Ja Pahang), gelar Baginda Sialang
4H 7. Manis, gelar Baginda Malim Marasyad
8.
Sento (pr)
9.
Sanne (pr)
5H 10.
Paian (Ja Taris), gelar Malim Muhammad Nuh
P 11. Mandasin, gelar Baginda Khalifah Sulaiman
3BB 12. Kampung, gelar Haji Tuan Syekh Muhammad
Jalil
S 13. Pardo (Mara Kamin), Baginda Saikum
6H 14. Kenis, gelar Baginda Pangibulan
7H 15.
Gardok (Ja Simin), gelar Malim Muhammad Rahim
16.
Sopot (pr).
Catatan: H - mereka yang pindah ke Hanopan, 7 orang.
BB - mereka yang
tetap tinggal di Bunga Bondar, 3 orang.
P - yang
pindah ke Panggulangan, 1 orang.
S - yang merantau ke Siak Sri-Indrapura, 1
orang.
B. Bagian
Kedua
Pendahuluan
Masyarakat Batak mengenal kahanggi, yakni
himpunan keluarga semarga dimana bernaung para anggotanya. Untuk mengetahui
anggota sesuatu marga di Bona Bulu dibuatlah tarombo, a-tau silsilah keluarga.
Tarombo di Tapanuli berawal dari budaya lisan menyampaikan pesan
ka-hanggi kepada turunannya, atau generasi penerus, dalam perjalanan waktu.
Dengan semakin besarnya bilangan kahanggi, baik yang berdiam di Bona Bulu
maupun yang telah bermukim perantauan, budaya lisan harus beralih menjadi budaya
tulis.
Memasuki budaya tulis, tarombo awalnya
disuratkan di helaian kulit kayu, bilah bambu, atau lainnya, dalam aksara
Batak. Dengan kedatangan agama Islam ke Nusantara abad ke-13, dan masuk ke
Tanah Batak dalam Perang Paderi (1825-1838), yang mengajarkan tulisan Arab,
aksara baru pun digunakan untuk menyuratkan tarombo. Dengan diperkenalkannya
bahasa Melayu ber-tulisan Latin oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda
menjelang abad ke-20 di tanah-air, ta-rombo pun beralih dituliskan kedalam
aksara Latin ejaan Melayu/Indonesia.
Masyarakat Batak di Tapanuli menganut
garis turunan kebapaan atau patrilenial. Suhut (Ba-tak), Keluarga Batih
(Indonesia), Nuclear Family (Inggris), adalah masyarakat terkecil yang di-pimpin
Suhutsihabolonan. Yang disebut terakhir sekaligus menjadi Kepala Adat, dan
berhak me-nurunkan marga, atau nama keluarga, kepada anak-anaknya sesuai Adat
Batak. Cara sebaliknya berlaku di Sumatera Barat (Minangkabau), dimana ibulah sang
pemegang hak, meski dijalankan oleh
saudara laki-lakinya sejalan dengan Adat Minang.
Menurut sistim keluarga garis kebapaan, terdapat
dua cara menyusun tarombo sesuatu marga untuk dibagikan diantara kahanggi dan
disampaikan pada generasi penerus, yakni: Pohon Kelu-arga (Indonesia), Family
Tree (Inggris), Stamboom (Belanda); dan Perjalanan Generasi
(The Passage of Generations). Pada cara
Pohon Keluarga, tarombo disusun dari atas ke bawah diawali nama leluhur
pemersatu sesuatu marga yang diketahui, dilanjutkan dengan keturunannya me-nurut
garis laki-laki hingga saat ini, disuratkan di kertas lebar, melahirkan bangun
segiti-ga/piramida yang duduk pada alasnya. Ada lagi yang menyuratkannya
memancar, juga di kertas lebar, tetapi dalam lingkaran-lingkaran sepusat,
dimana nama leluhur pemersatu berada di te-ngah. Cara ini pun masih tergolong
pohon keluarga.
Pada cara
Perjalanan Generasi, tarombo juga disusun dari atas kebawah, juga
diawali dari leluhur pemersatu sesuatu marga yang diketahui, tetapi diatas
berlembar-lembar kertas kuarto a-tau folio, sebagaimana tarombo marga Harahap
keturunan Ja Alaan, gelar Tongku Mangaraja Hanopan, dari Hanopan ini. Pada cara
ini, setiap generasi akan terpisah satu dengan lainnya, se-hingga nama-nama
yang sama berasal dari kebiasaan suku-bangsa Batak mengambil nama-nama: Kakek
(Ompung), Amantua (Uak), Uda (Paman) dan lainnya, tidak akan menimbulkan kekeli-ruan
dengan nama yang tersurat sama terdapat pada generasi sebelum atau sesudahnya.
Selain dari itu, pada Perjalanan Generasi terdapat ruang yang cukup luas untuk
mencantumkan kete-rangan pribadi, seperti: tanggal bulan dan tahun lahir,
alamat, pendidikan, pekerjaan, pengalaman hidup, dan lain sebagainya yang akan
bermanfaat bagi generasi penerus.
Kahanggi keturunan Ja Alaan, gelar Tongku
Mangaraja Hanopan, dari Hanopan ini tidak di-ragukan lagi bertambah bilangannya
dalam perjalanan waktu. Berdampingan dengan mereka ber-kembang pula anakboru
dan moranya. Dahulu ketiga keluarga besar ini masih berdiam di Bona Bulu/Bona
Pasogit, tetapi kini telah banyak dari mereka yang bermukim di perantauan:
tanah-air dan mancanegara.
Dapatkah
kekerabatan Dalihan Na Tolu yang diperkenalkan oleh leluhur dahulu ketika
semuanya masih bermukim di Bona Bulu diteruskan? Dalam kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi ini pasti dapat, asalkan ada lembaga Hatobangon
(Tetua Adat) marga Harahap ketu-runan Ja Alaan, gelar Tongku Mangaraja Hanopan,
asal: Bunga Bondar, Hanopan, Pang-gulangan, Siak Sri-Indrapura yang bersedia
menjadi pemikir (think tank), untuk membuat ren-cana, dan melaksanakan
pembangunan Sumber Daya Manusia yang berharga ini. Mudah-mu-dahan saja ada!
Tarombo Marga Harahap
dari: Bunga Bondar, Hanopan, Panggulangan, dan Siak Sri-Indrapura.
TONGKU MANGARAJA HANOPAN
Ja Alaan Harahap, gelar Tongku Mangaraja
Hanopan, juga disapa Ompu Ni Kupia, ialah Ompu parsadaan Marga Harahap yang berasal:
Bunga Bondar, Hanopan, Panggulangan, dan Siak Sri-Indrapura (Riau).
Ketika masih kecil, beliau tinggal bersama
kedua orang tuanya, masing-masing: ayahnya Demar Harahap, gelar Ja Tinogihon,
dan ibunya boru Siagian, di Hanopan dekat Sidangkal di se-belah Barat kota Padang
Sidempuan; kini masuk kedalam Kecamatan Padang Sidempuan Barat, dinamakan: Hanopan-1.
Ia putra bungsu dari lima bersaudara, dengan empat orang diatasnya semuanya
perempuan dari yang sulung sampai yang bungsu berturut-turut bernama panggilan:
si Neser, si Singkam, si Tona, si Nentes.
Adapun kepindahan Demar Harahap, gelar Ja
Tinogihon, bersama istri dan anaknya Ja Alaan Harahap serta keempat putrinya
dari kampung Hanopan-1 di Padang Sidempuan
Barat ketik itu, ialah sehubungan dengan merambahnya Perang Padri
(1825-1838) yang telah memasuki Tanah Batak bagian tengah, sehingga warga terpaksa
mengungsi mencari tempat aman untuk berdiam. Mereka berjalan kaki dari kampung asal diperkirakan melewati: Batuna
Dua, Pargarutan, Pal Sabolas, Sabatarutung, untuk sampai di Lobu Sinapang Luhat
Harangan di Padang Bolak
Dari kediaman orang tuanya Lobu Sinapang,
Ja Alaan Harahap kemudian hijrah ke Bunga Bondar mengikuti tiga orang ibotonya
(saudara perempuan): si Singkam, si Tona, dan si Nentes, yang menikah dengan
Marga Siregar dari kampung itu; seorang lagi saudara perempuannya: si Neser yang
sulung telah lebih dahulu menikah dengan marga Rambe dari Batu Horpak.
Meski sebagian dari lintasan pengungsian yang
mereka lalui telah menjadi Jalan Lintas Su-matera (JLS), akan tetapi pada zaman
Perang Padri lintasan pengungsian itu tidak lebih dari jalan belantara yang dilewati penduduk yang sedang bepergian
antar kampung.
Mengungsi
bukanlah perjalanan ke satu tujuan, tetapi perjalanan tidak jelas tujuan untuk
mencari tempat yang aman untuk berdiam dan menghabiskan banyak waktu berbulan
hingga tahun ber-ganti tempat kediaman di Luhat Harangan daerah Padang Bolak.
Setelah berdiam di Bunga Bondar, Ja Alaan
Harahap lalu menikah dengan Bolat Siregar, boru Raja Mampe, iboto Ja Gading,
yang mengubah kedudukannya sebagai Mora di Bunga Bondar menurut Adat Batak
menjadi Anakboru dari sebagian Marga Siregar di kampung itu, yakni terhadap
keluarga Sutan Diapari.
Ja Alaan Harahap memperoleh karunia 12
orang putra dan 4 orang putri, dari dua orang ibu, masing-masing: boru Regar
dari Bunga Bondar, dan boru Pohan dari Parau yang kemudian menggantikan.
Karena Bunga Bondar telah kian banyak
penduduknya, sebagaimana kepada marga Siregar, maka kepada marga Harahap
anakboru Siregar di kampung itu, juga diberikan kesempatan oleh moranya untuk mamungka
(mendirikan) Huta (kampung) yang baru di Luhat Sipirok.
Itulah sebabnya mengapa Sengel Harahap,
gelar Baginda Parbalohan (putra sulung Ja Alaan Harahap, gelar Tongku Mangaraja
Hanopan) lalu besama adik-adik dan kerabatnya berinisiatif berangkat meninggalkan Bunga Bondar menuju
rimba mamungka kampung yang baru, agar ada tempat kediaman yang baru dan lahan
mencari nafkah untuk mereka dan anak-cucu yang datang kemudian. Mereka lalu berangkat
dalam rombongan membawa perbekalan berjalan kaki mene-lusuri jalan yang biasa dilalui
masyarakat setempat menembus rimba untuk sampai di kaki dolok Nanggarjati.
Di Bunga Bondar Sutan Ulubalang masih memerintah
sebagai Raja ketika itu, dan setelah
wafat lalu digantikan adiknya Sutan Doli. Ketika itu Raja Bunga Bondar sedang
menghadapi se-rangan serdadu Belanda yang datang dari Sipirok, setelah yang
akhir ini berhasil mereka duduki. Belanda masuk ke Tanah Batak dari selatan lewat
Rao di Mandailing, nyaris tanpa perlawanan pada tahun 1838, masih dalam suasana
berkecamuknya Perang Padri. Belanda perlu menakluk-kan Raja Bunga Bondar ketika
itu, oleh kedudukannya yang strategis tepat di jalur lintasan yang
menghubungkan Tanah Angkola di Tangah dengan Tanah Toba di Utara. Setelah 4
tahun lamanya berperang, maka pada tahun 1851 Belanda berhasil mematahkan
perlawanan Sutan Doli, lalu menyingkirkan para penentangnya dari kampung itu ke
pembuangan di Jawa.
Pemerintah Hindia Belanda kemudian
membangun jalan-raya menghubungkan Sipirok de-ngan Siborongborong lewat lewat:
Bunga Bondar, Bunga Bondar X, Hanopan, Simangambat, Si-pagimbar, Silantom,
Pangaribuan, Sipahutar, yang sekarang ada, memanfaatkan jalan rimba yang
ratusan tahun digunakan masyarakat bepergian antar kampung.
Belanda akhirnya menyerah kepada Jepang tahun
1941, di awal Perang Dunia ke-II, sehingga
penjajahannya di Tanah Batak semunya berlangsung 109 tahun lamanya.
Setelah berhari berjalan kaki sampailah
mereka ke suatu tempat bernama: , di Hayuara Bodil, dimana kampung yang
dipungka diperkirakan berada, tidak jauh dari Arse Jae yang ada seka-rang, lalu
mencoba bertanam benih dibawa: padi, jagung, dan lainnya. Mereka ingin
mengetahui apakah tempat yang ditemukan baik untuk mendirikan kampung. Daerah
yang dijelajahi ketika itu tergolong
rimba berhantu dan tempat harimau
Sumatera berkeliaran mencari mangsa. Akan tetapi satu setengah tahun berdiam usaha
mereka gagal. Mereka lalu pindah ke tempat lain bernama: “Padang Suluk” tidak
jauh letaknya dari Huta Padang sekarang. Di tempat ini pun setelah satu tahun berdiam
benih-benih yang ditaburkan tidak tumbuh sebagaimana yang diharapkan. Mereka
lalu pindah lagi mencari tempat bertanam berikutnya, dan untunglah di tempat yang
ketiga agak ditengah, benih-benih dituai kedalam tanah tumbuh menjadi tanaman
subur.
Setelah sekitar
dua setengah tahun lamanya mengembara di hutan, akhirnya mereka berhasil
menemukan tempat berdiam yang baru, menjadikan di tempat akhir ini sebuah kampung,
dan menamakannya Hanopan Sipirok, untuk mengenang Hanopan dekat Sidangkal yang
ditinggal-kan Kakek dan Orangtua mereka, saat Perang Paderi merambah masuk ke Tanah
Angkola di waktu yang silam. Hanopan Sipirok ini kemudian dinamakan: Hanopan-2.
Setelah sejumlah persyaratan menurut Adat
Batak dipenuhi, maka pada tanggal 23 Desember 1885, Hanopan yang baru dipungka
di Luat Sipirok resmi menjadi sebuah “Huta”, sekaligus menjadi Bona Bulu Marga Harahap yang
mamungkanya. Baginda Parbalohan lalu diangkat menjadi “Raja Pamusuk” pertama di
kampung yang baru dipungka.
Sejalan
Adat Batak, sebuah kampung memang dipimpin oleh seorang Raja. Kemudian peme-rintah
Hindia Belanda memperkenalkan istilah “Kampong Hoofd”, yang artinya “Kepala Kam-pung”.
Dan istilah ini lalu digunakan pula di
Hanopan pasca Perang Dunia ke-II sampai saat ini. Catatan tanggal peresmian
Hanopan menjadi sebuah “Huta” masih dapat ditemukan tergores pada tiang
penyangga Sopo Godang Hanopan.
Raja Pamusuk Hanopan bersama
saudara-saudaranya lalu membawa Ja Alaan Harahap, orang tua senja usia itu
pindah ke Hanopan yang baru dari Bunga Bondar, dan menabalkan (me-ngukuhkan) kepadanya
gelar: Tongku Mangaraja Hanopan. Orang
tua itu bersama istrinya se-lanjutnya tinggal di Hanopan bersama anak-anaknya
di tempat yang baru hingga akhir hayatnya. Setelah wafat, beliau dimakamkan di pondom
Bale-Jae Huta Hanopan. Makamnya didampingi kedua istrinya: Bolat, gelar Naduma
Parlindungan, boru Regar dari Bunga Bondar, dan Naipak, gelar Naduma Pardomuan,
boru Pohan dari Parau Sorat.
Adapun keturunan Ja Alaan Harahap, gelar
Tongku Mangaraja Hanopan yang pindah dari Bunga Bondar ke Hanopan itu, ialah:
No. 2: Sengel Harahap, gelar
Baginda Parbalohan,
No. 3: Sogi Harahap, gelar
Baginda Soripada,
No. 5: Lilin Harahap, gelar
Mangaraja Sutor (Malim Muhammad Arif).
No. 7: Manis Harahap, gelar
Baginda Malim Marasyad,
No.10: Paian Harahap, gelar Baginda Malim Muhammad Nuh,
No.14: Kenis Harahap, gelar Baginda
Pangibulan,
Sedangkan anak-anak Ja Alaan Harahap, gelar Tongku Mangaraja Hanopan
yang tetap berdiam di Bunga Bondar tiga orang anak dan empat orang boru,
masing-masing:
No. 4: Heber Harahap, gelar
Baginda Maujalo (Sintua Heber).
No. 6: Nanga Harahap, gelar
Baginda Sialang,
No.12: Kampung Harahap, Tuan Syekh Muhammad Jalil,
No. 1: Erjep Harahap (pr), yang sulung dari
mereka semua, menikah ke Situmbaga.
No. 8: Sento Harahap (pr), menikah ke Batu
Horpak, mengikuti namborunya si Neser.
No. 9: Sanne Harahap (pr), menikah ke marga
Siregar di Bunga Bondar,
No.16: Sopot Harahap (pr), meninggal bujing.
Seorang anak Ja Alaan Harahap, gelar Tongku Mangaraja Hanopan, pindah ke
Panggula-ngan, yakni:
No.11: Mandasin Harahap, gelar
Baginda Khalifah Sulaiman.
Sedangkan seorang lagi anak Ja Alaan,
gelar Tongku Mangaraja Hanopan, yang merantau ke Siak Sri-Indrapura di Riau
daratan, ialah:
No.13: Pardo Harahap (Mara Kamin
Harahap), gelar Baginda Saikum.
Amang-tobang Baginda Khalifah Sulaiman
yang pindah ke Panggulangan menetap di kam-pung itu hingga akhir hayatnya.
Demikian pula amang-tobang Pardo Harahap (Mara Kamin Harahap), gelar Baginda
Saikum yang merantau ke Siak Sri-Indrapura, juga tinggal disana hing-ga akhir
hayatnya.
Anak amang-tobang akhir ini, ialah ompung Nempol
Harahap, awalnya seorang guru sekolah di Pekanbaru masih pada zaman
pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Pada
tahun 1937 beliau dibenum (ditempatkan) mengajar di sebuah sekolah di
Tiga Binanga, Tanah Karo. Ia wafat di-sana dalam menjalankan tugas, namun dari
tempatnya bekerja beliau sempat mengunjungi Bunga Bondar, kampung asal ayahnya:
baginda Saikum. Adapun anak Ompung Nempol ini ialah Uda Syamsudin Harahap, dan
cucunya Anggi Drs Mirza Syamsudin Harahap. Dan yang akhir ini sekarang bertempat
tinggal di jalan Petala Bumi no.9, Pekanbaru.
Rumah kediaman Ja Alaan, gelar Tongku
Mangaraja Hanopan, di Bunga Bondar sebelum
hi-jrah ke Hanopan terletak di simpang empat Bunga Bondar: di kiri jalan
dari Sipirok ke Hanopan, atau di kanan jalan dari pancur (tempat pemandian) ke
kampung Bunga Bondar; yakni rumah yang kemudian didiami almarhum Uda Bidin
Harahap, dilanjutkan anaknya almarhum Anggi Mahmud Harahap, dan kini didiami
anak si Armen Harahap.
Kini keturunan Ja Alaan, gelar Tongku
Mangaraja Hanopan, terdapat di: Bunga Bondar, Ha-nopan, Penggulangan dan Siak
Sri-Indrapura. Tidak sedikit pula dari mereka yang telah berada di perantauan:
Nusantara dan Mancanegara. Kini keempat kampung yang didiami keturunan Ja
Alaan, gelar Tongku Mangaraja Hanopan, telah menjadi Kampung Asal anak-anak dan
para cucu serta cicitnya, dan ia pun telah menjadi Ompu Parsadaan/Kakek
Pemersatu bagi mereka semua dan kini telah sampai ke generasi yang ketujuh.
Kilas sejarah Ja Alaan, gelar Tongku
Mangaraja Hanopan, ini dibuat untuk merekam perja-lanan sejarah keluarga sejauh
yang dapat ditelusuri untuk diketahui generasi penerus. Dengan cara ini dapat
dibangun kembali hubungan tondi (bathin) antara “sang pendahulu” yang
luhur dahulu pernah berdiam di Bona Bulu,
dengan “yang datang kemudian” lahir sesudahnya ka-panpun dan di manapun mereka
berdiam di bumi menjalani kehidupan, agar hubungan “leluhur-keturunan” selalu dapat terpelihara, baik secara Adat
maupun menurut Agama.
Berbekal pengetahuan tentang “leluhur” dan “tempat kediamannya” di Bona
Bulu membuat Adat Batak warisan leluhur dapat tersebar, sehingga kehidupan
generasi penerus dapat berjalan lebih baik, kegiatan yang mereka kerjakan lebih
berguna. Melalui hubugan “hulu-hilir”
yang terbina berkesinambungan, generasi penerus akan merasakan makna kerabatan
bergenerasi, karena hanya dengan cara ini
mereka yang akan terjun ke masyarakat kelak benar-benar ter-bekali guna ikut
membangun perdamaian dunia.
Penyusun:
H.M.Rusli Harahap,
gelar
Sutan Hamonangan
Kekerabatan Marga Harahap di Bona Bulu, Generasi XIX hingga XXIV
Generasi Keduapuluh
Keturunan Si Toga:
1. Ja Bengbengan
Keturunan Ja
Pikiran:
1. Baginda Maripul
Cucu-cucu Ja Alaan Harahap,
gelar Tongku Mangaraja Hanopan:
1. Erjep Harahap menikah
dengan Sutan Mangalai marga Siregar dari Situmbaga, dekat Padang Sidempuan.
2. Sengel, gelar Baginda
Parbalohan, Tuan Syekh Muhammad Yunus (1846-1928) dengan istrinya Giring, boru
Regar dari Bunga Bondar, pindah ke Hanopan (Sipirok), keturunannya:
1. Abdul Hamid
Harahap, Tuan Datu Singar, gelar Sutan Hanopan.
2. Kasim
Harahap, gelar Tongku Mangaraja Elias Hamonangan
3. Rahnat
Harahap, Haji Abdullah Umar, gelar Sutan Nabonggal.
3. Sogi, gelar Baginda Soripada, pindah ke Hanopan.
4. Heber, gelar Baginda
Maujalo tetap tinggal Bunga Bondar
5. Lilin (Ja Sutor),
gelar Baginda Malim Muhammad Arif, pindah ke
Hanopan.
6. Nanga (Ja Pahang),
gelar Baginda Sialang menetap di Bunga Bondar
7. Sento Harahap menikah Ja Kola, Marga Siregar dari
Batu Horpak
8. Sanne Harahap menikah dengan baginda Hinalongan,
marga Siregar
dari
Bunga Bondar.
9. Manis, gelar Malim
Marasad pindah ke Hanopan
10. Paian (Ja Taris), Malim Muhammad Nuh pindah ke Hanopan
11. Mandasin, gelar
Baginda Khalifah Sulaiman pindah ke Panggulangan.
12. Kampung, Haji Tuan
Syekh Muhammad Jalil tetap di Bunga Bondar
13. Pardo (Mara Kamin),
gelar Baginda Saikum merantau ke Siak Sri-Indrapura
14. Kenis, gelar Baginda
Pangibulan pindah ke Hanopan
15. Gardok (Ja Simin), gelar Malim Muhammad Rahim pindah ke Hanopan
16. Sopot meninggal gadis.
Generasi Keduapuluhsatu
Keturunan Ja Bengbengan:
1. Kariaman.
Cucu-cucu Sengel Harahap, gelar
Baginda Parbalohan, Tuan Syekh Muhammad
Junus:
1. Abdul Hamid Harahap, Tuan Datu
Singar, gelar Sutan Hanopan (1876-1939),
dengan istri Dorima, boru Regar dari Bunga Bondar, putri Sutan Bunga
Bondar,
keturunannya:
1. Sutor Harahap, gelar
Baginda Pandapotan
2. Maujalo Harahap, gelar
Baginda Soripada
3. Siti Angur (pr)
4. Duma Sari (pr)
5. Pelinuruddin Harahap,
Haji Muhammad Nurdin
6. Aminah (pr)
7. Sorimuda (Hisar)
Harahap, gelar Baginda Aek Hopur/Baginda Harahap.
8. Muhammad Din (Diri)
Harahap, gelar Baginda Mulia Pinajungan
9. Muhammad Harahap
10. Erjep Khairani (pr)
11. Marajali Harahap,
gelar Baginda Guru Sodungdangon
12. Pamusuk Harahap, gelar
Baginda Namora Pusuk Ni Hayu.
2. Kasim Harahap, gelar Mangaraja
Elias Hamonangan (1881-1944), dengan istri
Petronella, boru Regar dari Bunga Bondar, keturunannya:
1. Tabiran Harahap
(Surto Meta Christina, pr).
2. Dagar Harahap (Dagar
Na Lan, pr)
3. Dimpu Harahap, gelar
Baginda Aek Sanggar/Baginda Parbalohan Naposo
4. Menmen Harahap (pr)
5. Siti Dinar Harahap
(pr)
6. Partaonan Harahap,
gelar Baginda Soripada Partaonan (BSP).
7. Hakim Harahap
8. Posma Harahap
9. Krisna Murti Harahap
(pr)
10. Bagon Harahap, gelar
Baginda Hanopan
11. Bakhtiar (Samsu)
Harahap, gelar Baginda Hasajangan
12. Toga Harahap, gelar
Baginda Mulia
13. Sitiurma Harahap
(pr).
3. Rahmat Harahap, Haji Abdullah
Umar, gelar Sutan Nabonggal (1883-1962), de-
ngan istri Gorga, boru Regar dari Bunga Bondar Sampulu,
keturunannya:
1. Bahat Harahap, gelar
Baginda Mara Hasyim
2. Utir Harahap (pr)
3. Marip Harahap, gelar
Baginda Parbalohan/Baginda Panusunan
4. Sahada Harahap (pr)
5. Malige Harahap (pr)
6. Zainuddin Harahap,
gelar Baginda Parguletan/Baginda Pardomuan
7. Siti Aisjah Harahap
(pr).
Generasi Keduapuluhdua
Keturunan Kariaman:
1. Caro.
Cucu-cucu Abdul Hamid Harahap, Tuan Datu Singar, gelar Sutan Hanopan:
1. Sutor Harahap, gelar Baginda
Pandapotan (1896-1969), dengan istri Molun, boru Regar dari Bunga Bondar, Ompu
Ni Nusyirwan (1900-1966), keturunannya:
1. Amir Hamzah Harahap
2. Sangkot Sjarif Ali Tua
Harahap
3. Marasuddin Harahap
4. Sangkot Abdul Hamid
Harahap
5. Sangkot Anwar Bey
Effendy Harahap
6. Mohammad Arifin
Harahap
7. Mohammad Rusli
Harahap (Yang menyusun tarombo Harahap ini)
8. Fatimah Marsari
Harahap (pr).
Generasi Keduapuluhtiga
Cucu-cucu Sutor Harahap, gelar
Baginda Pandapotan:
2. Haji Sangkot Sjarif
Ali Tua Harahap, gelar Mangaraja Hanopan, dengan istri Hj. Nonggar boru Regar
dari Bunga Bondar, bermukim di kampung F Tugu-mulyo, Lubuk Linggau, tidak
mempunyai keturunan.
4. Sangkot Abdul Hamid
Harahap, gelar Soetan Hanopan Naposo, dengan istri Hj.
Rosmanidar, boru
Regar dari Bunga Bondar, berdiam di Bekasi, keturunannya:
1.
Nusyirwan Harahap
2.
Rosalina Lilian Galinaputri Harahap (pr)
3.
Ellisya Harahap(pr)
4. Lisna
Harahap(pr)
5.
Kusnandar Harahap
6.
Farida Harahap (pr).
5. Sangkot Anwar Bey
Effendy Harahap, gelar…….. , dengan istri Hj. Ramiah
boru Regar dari
Tandjung, berdiam di Hanopan, keturunannya:
1. Sori
Budimansyah Harahap
2. Ida
Harahap (pr)
3.
Chairani Harahap (pr)
4. Tetty
Harahap (pr)
5.
Anitha Harahap (pr)
6. Erni Harahap
(pr)
7. Evie
Harahap (pr)
8. Sutor
Wansyah Harahap.
6. Haji Mohammad Arifin
Harahap, gelar…….. dengan istri Hj. Machrani boru Regar dari Sipirok, berdiam
di Pulau Pinang, Malaysia, keturunannya:
1. Irwan
Harahap
2. Yuska
Harahap (pr)
3. Helmi
Harahap.
7. Haji Mohammad Rusli
Harahap, gelar Sutan Hamonangan, dengan istri Hj. Rusmini S.R., boru Nasution
dari Muara Botung, Mandailing, berdiam di jalan Batu Pancawarna I/2A Jakarta
13210, keturunannya:
1. Arifilmiansyah Parlindungan Harahap
2.
Budiadiliansyah Pardomuan Harahap
3.
Altinai Molunasari Harahap (pr)
4. Mulia
Firmansyah Pandapotan Harahap.
8. Fatimah Marsari
Harahap menikah dengan Humam Yahya dari Semarang, Jawa
Tengah, berdiam di
jalan Puloasem Timur III, no.24, Jakarta Timur. Tidak
mempunyai
keturunan.
Generasi Keduapuluhempat
a.
Mereka yang berdiam di, atau merantau dari, Bunga Bondar.
b.
Mereka yang berdiam di, atau merantau dari, Hanopan.
Cicit-cicit Sutor Harahap, gelar
Baginda Pandapotan:
4. Cucu-cucu Sangkot
Abdul Hamid Harahap, gelar Sutan Hanopan Naposo.
1.
Nusyirwan Harahap dengan istri Refi, boru Simatupang dari Lumban Lobu Sipirok,
bermukim di jalan Buaran Raya Blok E1, Taman Bukit Indah II, Jakarta Timur.
Keturunanya:
1. Jasmin Rosmaria (pr), lahir 28 Januari 1998 di Jakarta.
2. Mohammad Rafi Ananta, lahir 19 Oktober 2000 di Jakarta.
3.
Mohammad Zaki Ananta, lahir 30 September 2003 di Jakarta.
2.
Rosalina Lilian Galinaputri Harahap menikah dengan Jabbar, marga
Siregar
dari Pargarutan Jae.
3.
Ellisya Chairani Harahap menikah dengan I Nyoman Sumantra dari
Bali, keturunannya:
1. Amelia Purnamasari (pr), lahir 29 Januari 1983 di Jakarta.
2. Anggi Rizki Imansyah, lahir 25 Juni 1986 di Jakarta.
3. Ray Adriansyah, lahir 12 September 1993 di Jakarta.
4. Lisna
Megawati Harahap menikah dengan Fathir dari Jakarta, ke-
turunannya.
1. Luky Febryan, lahir 18 Februari 1991 di Jakarta.
2. M. Riski Baihaqi, lahir 8 Agustus 1991 di Jakarta.
5.
Kusnandar Fauzie Harahap dengan istri ….., boru Bekasi dari Jakarta bermukim di
………Bekasi, keturunannya:
1. Jascynda Zahra (pr), lahir 27 Februari 2006 di Bekasi.
6.
Farida Utami Harahap menikah dengan Hari Hartono dari Jawa
Tengah, keturunannya:
1. Heikal Aurel Nunzi, lahir 6 Nopember 2000 di Jakarta.
5. Cucu-cucu Sangkot
Anwar Bey Effendy Harahap, gelar
1. Sori Budimansyah Harahap dengan istri
Suryati, boru Pati dari Jawa Tengah, bermukim di Hanopan. Keturunannya:
1. Warti Ramiah (pr), lahir 6 Juli 1985 di Papua.
2. Kurniawansyah (Iwan), lahir 7 November 1986 di Papua.
3.
Siti Khadijah (pr), lahir 25 Agustus 1988 di Papua.
4. Muhammad Irianto, lahir 16 Desember 1991 di Papua.
5. Rudianto, lahir 27
Juni1996 di Padang Sidempuan.
6. Desi Ratnasari (pr), lahir 16 Desember 1999 di Padang Si-
dempuan.
2. Ida Harahap menikah
dengan Baharuddin, marga Pohan dari
Hanopan, keturunannya:
1. Joni Maradona (Uncok), lahir 25 Oktober 1979 di Serui.
2. Mohamad Ramadan, lahir 8 Juni 1983 di Serui.
3. Rahmad, lahir 3 Mei 1985 di
Serui.
4. Dongan Pardomuan, lahir 27 Desember 1987 di Serui.
3.
Chairani (Reni) Harahap menikah dengan Maas, marga Siagian dari
Pangaribuan Sipirok, keturunannya:
1. Rima Novianti (pr), lahir 6 Novmber 1988 di Papua.
2. Muhammad Rifai, lahir 23 September 1989 di Papua
3. Febriani Khairani (pr), lahir 1 Februari 1991 di Papua.
4. Harlindungan, lahir 2 Juli 1993 di Papua.
4. Tetty
Harahap menikah dengan Ismail dari Cirebon, keturunannya:
1. Addin, lahir 28 Maret 1998 di Jakarta.
2. Cantika (pr), lahir 27 April 2001 di Jakarta.
5.
Anitha Harahap menikah dengan Jafar Sofian dari Soppeng Makassa,
keturunannya:
1. Chandra Hidayat, lahir 10 April 1993 di Papua.
2. Aditya Pratama, lahir 13 Juni 1998 di Papua.
3. Anjarini (pr), lahir 25 Oktober 1999 di Papua.
6. Erni
Srijarwati Harahap menikah dengan Turseno dari Ciamis Jawa
Barat, keturunannya:.
1. Alief Rizky Purnama Adji, lahir 10 Maret 1998 di Papua.
2.
Tegal Agil Nugroho, lahir di 14 Februari 2002 di Yogyakar-
ta.
7. Evie
Irjarini Harahap menikah dengan Suhardi dari Solo, keturunan-
nya:
1. Harviana Anggraini Putri (pr), lahir 17 Maret 1994 di Papua.
2. Fajarina Wulandari (pr), lahir 5 Juni 1998 di Papua.
8. Sutor
Wansyah Harahap dengan istri Yusriana, boru Deli yang berasal dari Pulau Jawa,
keturunannya:
1. Muhammad Fitra Awalin Nazir, lahir 19 Februari 1998 di
Binjai.
2. Azis Akbar, lahir 20 Maret 2001 di Hanopan.
3. Anwar Farkhan 2 Januari 2007 di Hanopan.
6. Cucu-cucu Haji
Mohammad Arifin Harahap, gelar……..
1. Irwan
Harahap dengan istri Faiza boru Alor Setar dari Malaysia yang
berasal dari Bangkinang (Sumatera Barat), bermukim di: 7 Lintang
Pantai Jerjak 2 11700 Taman
Century, Pulau Pinang, Malaysia. Ketu-
runannya:
1. Alia Irdina (pr) , lahir 6 Februari 2009 di Alor Setar.
2. Aira Alisa (pr), lahir 29 Januari 2011 di Alor Setar.
2. Yuska
Hariani Harahap menikah dengan Mohammad Isa bin Hamzah
Berdiam di: No.1, Jalan Ampang 3
Selatan 27/20 C, Taman Bunga
Negara, Sek.
27 40400 Shah Alam Selangor, Malaysia.
3. Helmi
Harahap dengan istri ……
7. Cucu-cucu Haji
Mohammad Rusli Harahap, gelar Sutan Hamonangan.
1. Arifilmiansyah
Parlindungan Harahap dengan istri Eva Khairunisa, boru Padang dari Sumatera
Barat, berdiam di: Pesona Depok Estate, Blok V no.11, Depok I,
keturunannya:
1. Althaira (pr), lahir 18
Desember 2010 di Jakarta.
2.
Budiadiliansyah Pardomuan Harahap dengan istri Rani, boru Jakarta yang berasal
dari Bangkinang Sumatera Barat, berdiam di: jalan Cempaka Baru X no.9, Jakarta
Pusat.
3.
Altinai Molunasari Harahap menikah dengan Widi, marga Gebang da-ri Maumere
Flores berdiam di: Perumahan Eastern Cosmo, Jalan Eastern III, Blok F5, Rumah
no. 15. The Icon, Bumi Serpong Damai
City. Keturunannya:
1. Naila (pr), lahir 6 April 2008 di Jakarta.
2. Rajendra, lahir 15 September 2009 di Jakarta.
3. Raina Adindra (pr), lahir 31 Agustus 2011
di Jakarta.
Catatan Dari Bagas Godang Hanopan
Marga Harahap, pomparan Tongku
Mangaraja Hanopan dari Hanopan, mendatangkan ibu (mambuat boru Regar) dari
Bunga Bondar selama 5 (lima) generasi berturut-turut, yakni:
1.
Boru Raja Mampe
Tongku Mangaraja
Hanopan (Alaan Harahap), menikah dengan Bolat Siregar, boru
Regar Generasi VI dari Bunga Bondar, iboto
Sutan Ulubalang.
2.
Barisan Ja
Pangajian
Baginda Parbalohan
(Sengel Harahap, 1846-1928), menikah dengan Giring Siregar
(1848-1925),
boru Regar Generasi VII dari Bunga Bondar, boru Ja Diatas, iboto Baginda Humala
Hasian.
3. Barisan Namora Padang
Sutan Hanopan (Adul Hamid Harahap,
1876-1939), menikah dengan Dorima Siregar (1879-1950), boru Regar Generasi VIII
dari Bunga Bondar, boru Sutan Bungabondar, iboto Baginda Soritua.
4. Barisan Ja Pangajian
Baginda Pandapotan (Sutor Harahap,
1896-1969), menikah dengan Molun Siregar
(1900-1966), boru Regar Generasi
IX dari Bunga Bondar, boru Mangaraja Pangaji-
an/Soaloön, iboto Aaron Diatas.
5. Barisan Namora Padang
a. Mangaraja Hanopan (Syarif Harahap, 1923-2005)
menikah dengan Nonggar Siregar
(1928-2006), boru Regar Generasi
X dari Bunga Bondar, boru Sutan Mangarahon,
iboto Madduhir Siregar.
b. Sutan Hanopan Naposo (Abdul Hamid Harahap,
1927-1986), menikah dengan Ros-
manidar Siregar, boru Regar Generasi
X dari Bunga Bondar, boru Maradomsah Si-
regar, iboto Rudi Siregar.
c.
Mereka yang berdiam di, atau merantau dari, Panggulangan.
d.
Mereka yang berdiam di, atau merantau dari, Siak Sri-Indrapura (Riau).
(Akan dilanjutkan oleh genersi penerus Dja
Alaan, gelar Tongku Mangaradja Hanopan).
Catatan.
Tarombo, marga Harahap keturunan Ja Alaan,
Ompu Ni Kupia, gelar Tongku Mangaraja Ha-nopan dari Bona Bulu ini, ialah
kelanjutan penuturan yang biasa disampaikan oleh orang-orang tua dahulu kepada
putra dan putri mereka yang telah dewasa, atau yang akan pergi merantau untuk
mencari ilmu atau nafkah, atau yang akan berumah tangga. Tujuannya agar mereka
tahu hubungan kekerabatan dalam kahanggi dan keluarga besar, faham atas
kedudukan dan peran masing-masing dalam perhelatan Adat Batak di Tapanuli
Selatan dan perantauan.
Menurut Adat Batak sebagaimana tertera
dalam surat Tumbaga Holing, kekerabatan dalam masyarakat di Tapanuli Selatan
terdiri dari tiga tingkatan, msing-masing: Kahanggi, Anak Boru, dan Mora.
Ketiganya membentuk apa yang dinamakan Dalihan Na Tolu (Tungku Yang Tiga), dan
yang akhir ini adalah apa yang dinamakan
keluarga besar dalam Adat Batak dan mengenal pengertian berikut:
Kahanggi, adalah mereka yang semarga, dan dalam
hal ini marga Harahap keturunan Ja Alaan, Ompu Ni Kupia, gelar Tongku Mangaraja
Hanopan yang berasal dari: Bunga Bondar, Hanopan, Panggulangan, dan Siak
Sri-Indrapura dimanapun mereka kini berada.
Anakboru, adalah
berbagai marga yang mempersunting anak-anak gadis keturunan Tongku Ma-ngaraja
Hanopan, untuk dibawa berumah-tangga ke huta/luat di Tapanuli Selatan atau
Tanah Pe-rantauan, untuk menjadi ibu anak-anak mereka disana.
Mora, adalah marga-marga yang mendatangkan ibu
kepada anak-anak marga Harahap keturunan Ja Alaan, gelar Tongku Mangaraja
Hanopan dari manapum mereka berdatangan, baik dari Bona Bulu maupun perantauan
untuk meneruskan generasi.
Dengan Dalihan Na Tolu, masyarakat Batak
diatur hidupnya dahulu, kini, dan masa akan da-tang, untuk mendatangkan bahagia
kepada semua. Dalam tarombo ini juga terbaca peran dan kewajiban para
anggotanya menurut Adat Batak. Adalah tugas lembaga Hatobangon marga Harahap
keturunan Ja Alaan, gelar Tongku Manga-raja Hanopan, untuk menyiapkan dana dan Sumber
Daya Manusia guna menyempurnakan tarombo marga Harahap ini, agar dapat sampai
kepada generasi penerus bila dimanapun mereka berada.
Tarombo Marga Harahap keturunan Ja Alaan,
gelar Tuongku Mangaraja Hanopan, generasi I hingga V, ini dihimpun sejak tahun
1980, dan didapat dari sumber-sumber dibawah ini:
1. Peninggalan ayahanda Sutor Harahap,
gelar Baginda Pandapotan, yang berdiam-
di jalan Permiri no.500 Lubuk Linggau, Sumatera
Selatan, dari tahun 1950 hingga
tahun 1969, sebagaimana catatan
yang beliau tinggalkan.
2. Hasil pembicaraan dengan
uda H.M.Diri Harahap S.H, gelar Baginda Raja Muda Pinayungan yang berdiam di
jalan Hang Tuah VIII/8 Kebayoran Baru, Jakarta, ketika penyusun masih berdiam
bersamanya.
3. Cetakbiru stamboom karya uda H.
Maradjali Harahap BRE, gelar Baginda Raja Guru Sodungdangon, dikerjakan di
Pematang Siantar pada tanggal 12 Juli 1940.
4. Catatan yang didapat dari
uda Bagon Harahap, gelar Baginda Hanopan, pada tanggal 2 Juni 1992. Juga hasil
pembicaraan dengan beliau dalam berbagai kesempatan. Beliau juga pernah menjadi
Raja Pamusuk di Hanopan pada tahun 1942, dan berkesempatan mengunjungi Hanopan di
Barat Padang Sidmpuan, dan berjumpa dengan kaum kerabat seasal yang masih bermukim
disana.
5. Dalam perjalanan pulang
ke Hanopan untuk melaksanakan Pasidung Ari mendiang
Ayah dan Ibu dari
tanggal 10 s/d 19 Agustus 1994. Datang pula ke Hanopan ang-
gi-anggi dari
Panggulangan, seperti: Malim Saidi Harahap, Edi Harahap, Sapa-
ruddin Harahap. Dalam
perjalanan kembali ke Jakarta bersua juga dengan si Ar-
men Harahap yang menghuni
rumah pusaka Ompung Tobang Tongku Mangaraja
Hanopan di Bunga Bondar.
6. Perolehan tanya-jawab
langsung dengan keluarga-keluarga dekat mulai dari Ja-karta hingga ke Hanopan
lewat Medan. Nama-nama mereka telah tertera dalam tarombo edisi pendahuluan.
Dengan cara demikian dapat dilengkapi kekurangan dan diperbaiki nama yang salah
tulis. Kegiatan ini masih terus dikerjakan pe-nyusun pada setiap kesempatan
yang terbuka.
7. Surat dari anggi drs.
Mirza Harahap tanggal 13 September 1994 dari Pakanbaru yang memaparkan
keturunan Tuongku Mangaraja Hanopan dari Siak Sri-In-drapura.
8. Surat dari uda Matnusin
Harahap dari Pontianak tentang keluarganya yang bermukim di Kalimantan Barat.
9. Diharapkan datangnya tanggapan dari
keturunan Tongku Mangaradja Hanopan lainnya dimanapun mereka berada, baik yang
telah mendapat tarombo edisi pendahuluan maupun yang telah melihatnya, agar
dengan senang hati bersedia menyampaikan keterangan tertulis, atau lisan, guna
menyempurnakan tarombo ini, sebagai sumbangan berharga kepada generasi penerus
pomparan Ompu Par-sadaan.
10. Dan lainnya.
Selanjutnya disusun
kedalam “Perjalanan Generasi” oleh:
H.M.Rusli Harahap,
gelar Sutan Hamonangan.
jalan Batu Pancawarna
no.I/2A Pulomas, Jakarta Timur 13210,
Indonesia. Tel/Fax (021)
472-2243
Dikerjakan
tanggal 30 Mei 2004.
Catatan:1. Tarombo Marga
Harahap dari Tapanuli hingga Generasi XX adalah warisan Ompung Abdul Hamid,
gelar Sutan Hanopan, saat beliau bersama rombongan melangsungkan perjalanan
mencari kampung asal bernama Hanopan di Barat
kota Padang Sidempuan. Dua kampung terletak di jalan menuju ke Simarping-gan,
tidak jauh dari kota Padang Sidempuan, ialah: Sidangkal dan Hanopan; dan yang
disebut terakhir adalah kampung asal marga Harahap pomparan Tongku Mangaraja
Hanopan dan dikenal dengan: “Hanopan-1”. Adapun kam-pung yang dipungka Amang
Tobang Baginda Parbalohan bersama adik-adik dan kaum kerabatnya dari Bunga
Bondar silam terletak di Luat Sipirok juga dinamakan Hanopan. Dengan demikian terdapat
dua nama “Hanopan” ma-sing-masing yang terletak di Padang Sidempuan Barat
dan di Utara Bunga Bondar. Penamaan Hanopan-1 dan Hanopan-2 bertujuan untuk menjelaskan mengapa terdapat dua
Hanopan dalam perbendaharaan pengetahuan sejarah marga Harahap pomparan Tongku Mangaraja Hanopan.
Rombongan Ompung
Sutan Hanopan ketika itu masih sempat berjumpa dengan kerabat kakeknya Tongku
Mangaraja Hanopan, saat yang disebut tera-khir masih berdiam disana sebelum Perang
Padri merambah masuk ke tanah Angkola. Catatan perolehan Ompung ini lalu dikerjakan
putranya kesebelas: Opzichter Marajali Harahap di Pematang Siantar, dan
dijadikan sebuah cetak biru (blue print) bernama: Stamboom (Family Tree) Marga
Harahap dari Ta-panuli, selesai dikerjakan tanggal 12 Juli 1940.
2. Perubahan ejaan lama/baru digunakan: dj = j,
tj = c, oe = u.
3.
Singkatan (pr) digunakan untuk menyatakan perempuan.
4.
Tarombo Marga Harahap ini kemudian disusun sesuai dengan aslinya, dan
diubah dari
“Pohon Keluarga” menjadi “Perjalanan Generasi” tanggal 10 Juli
2004 di Jakarta,
oleh cucunya:
H.M.Rusli Harahap,
gelar Sutan Hamonangan
jalan Batu Pancawarna I/2A Pulomas, Jakarta 13210
Indonesia
Tel: (021) 472-2243.
------------Selesai
generasi I hingga XXIV------------